Ibnu Khaldun nama aslinya adalah Abdul Rahman Ibnu Khaldun. Dilahirkan di Tunisia, pada tahun 1332 M. Ia adalah seorang hakim agung (qadhi’) di Mesir pada masa kesultanan Al Zhahir Barquq. Pengangkatannya sebagai hakim agung karena kedalaman ilmunya. Ia pernah berkelana hingga ke Eropa dan menetap di Fez. Oleh para sarjana Barat, Ibnu Khaldun dinyatakan sebagai sarjana pertama yang mengemukakan prinsip-prinsip sosiologi. Dan dengan pandangannya, ia mengemukakan prinsip-prinsip keadilan social dan politik ekonomi, jauh mendahului Karl Marx dan para sarjana Barat.
Pemikiran-pemikiran Ibnu Khaldun dalam bidang sosiologi masih tetap relevan hingga saat ini. Misalnya saja:
“Ekonomi suatu Negara akan bagus dan berkembang selama ada keseimbangan antara kegiatan individu, suasana bersaing (sehat) dan pemerintah. Kerja yang tidak teratur akan membahayakan pertumbuhan ekonomi. Kezaliman merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kehancuran Negara.”
Luar biasa! Sebuah pemikiran yang aktual sepanjang masa. Dan pada masa itu (abad 13) belum ada sarjana barat yang mengungkapkan pemikiran tentang hal ini. Bahkan pemikiran-pemikiran beliau selanjutnya menjadi dasar bagi perkembangan “filsafat sejarah” di dunia.
Pemikiran lain yang sangat menarik dari Ibnu Khaldun adalah tentang pendidikan. Ia menganjurkan guru untuk tidak bertindak keras terhadap murid-muridnya. Menurutnya hal itu akan merusak akhlaq anak didik dan perilaku social. Guru haruslah mampu menarik perhatian muridnya, menjaga mereka hingga pikiran mereka terbukan dan berkembang dengan sendirinya.
Sungguh pemikiran yang aktual dan relevan saat ini. Diakui atau tidak penyempurnaan kurikulum yang ada pada kita saat ini mengadopsi pemikiran Ibnu Khladun yang telah diperkenalkannya 8 abad yang silam. Sistem among / pengasuhan yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah implementasi dari pemikiran Ibnu Khaldun.
Namun apa yang menyebabkan jarang sekali yang mengenalnya? Ternyata pemikirannya lah yang menyebabkan tidak dihargai bangsa Arab. Sebagai ilmuwan dia sangat lugas mengungkapkan apa yang dirisaukannya. Dalam beberapa buku Ibnu Khaldun mengungkapkan pendapatnya tentang bangsa Arab. Menurutnya bangsa Arab tidak bisa menguasai, kecuali hal-hal yang sederhana. Kalau pun bisa mengalahkan suatu Negara, maka negara itu akan segera hancur. Semua orang yang menyibukkan diri dalam bidang ilmu pengetahuan di Negara Islam adalah orang Persia, bukan orang Arab.
Sesungguhnya pemikiran itu nyata pada saat ini. Tetapi jelas saja menimbulkan dendam dan sakit hati bangsa Arab. Bahkan karena dianggap menghina bangsa Arab, maka pada tahun 1939 Menteri Pendidikan Irak menganjurkan penggalian kuburan Ibnu Khaldun dan pembakaran buku-buku karyanya. Sehingga sebagian buku-buku yang merupakan karya terbesarnya banyak hilang. Salah atu yang masih ada adalah “Al-Muqaddimah”.
Namun pada pertengahan abad 20, kembali banyak menggali pemikiran-pemikiran Ibnu Khaldun. Dipelopori pertama kali oleh Thaha Husayn, orang Arab yang terus mengajarkan kajian ilmiah tentang pemikiran Ibnu Khaldun. Kemudian Muhammad Abduh, yang dibukakan oleh orang barat saat ia di Eropa. Bahkan banyak sarjana Eropa yang memandang pemikiran Filosof ini memiliki kelebihan di atas Montesqieu.
Referensi :
M. Ishom El Saha, Saiful Hadi, Profil Ilmuwan Muslim Perintis Ilmu Pengetahuan Modern, Fauzan Inti Kreasi, Jakarta, 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar