Kejadiannya bermula ketika menjelang tidur pada malam Jum’at. Keluarga Farid biasa tidur dalam satu kamar, karena kebetulan anaknya baru semata wayang. Anaknya memang baru bermur 4 tahun. Ketika istri dan anaknya terlelap, tinggal Farid yang belum beranjak tidur karena asyik menonton TV. Saat jam menunjuk pukul 23.00, Farid beranjak ke tempat tidurnya. Seperti biasa sebelum tidur mulutnya komat-kamit berdoa, apalagi malam ini malam Jum’at.
Kejadiannya bermula ketika menjelang tidur pada malam Jum’at. Keluarga Farid biasa tidur dalam satu kamar, karena kebetulan anaknya baru semata wayang. Anaknya memang baru bermur 4 tahun. Ketika istri dan anaknya terlelap, tinggal Farid yang belum beranjak tidur karena asyik menonton TV. Saat jam menunjuk pukul 23.00, Farid beranjak ke tempat tidurnya. Seperti biasa sebelum tidur mulutnya komat-kamit berdoa, apalagi malam ini malam Jum’at.
Tiba-tiba, dia mendengar suara aneh dari atap kamarnya. “Kupyak….kupyak…” seperti suara tangan yang menepuk-nepuk air di ember atau kolam. Farid mencoba tidak menghiraukan suara itu, tapi kembali suara itu muncul. Perasaan Farid mulai tidak karuan, jangan-jangan suara di atap itu memang hantu air, begitu pikirnya. Semakin mencoba melupakan, semakin terus bunyi-bunyi itu mengganggu pikirannya.
Akhirnya, tanpa pikir panjang, dia bangunkan istri dan anaknya, sekalipun sebenarnya tidak tega. Istrinya pun tidak mengerti dengan apa yang terjadi. “ Sudahlah…, malam ini kita menginap di rumah ibu dulu. Nanti aku ceritakan disana..” menjawab istrinya yang keheranan. Dengan tergesa-gesa, anaknya yang masih tidur pun digendong ke rumah ibu mertuanya, kebetulan tidak terlalu jauh dari rumahnya. Tidak lupa memeriksa dan mengunci seluruh dan jendela.
Sesampai di rumah ibu mertuanya, Farid menceritakan kepada istrinya bahwa di atas atap kamar ia mendengar suara hantu air. Bahkan , sampai dengan ia membawa mereka ke rumah ibunya pun masih terdengar, “kupyak…..kupyak…. berulang-ulang!” begitu papar Farid. Karena masih kantuk, istrinya tidak menghiraukan apa yang diceritakan Farid.
Esok harinya, Farid juga menceritakan kejadian semalam kepada ibu mertuanya. Dan Ibu mertuanya hanya tertawa tidak percaya. “Sungguh bu!! Aku mendengarnya berulang-ulang” kata Farid meyakinkan ibunya. “ Hari..gini… Hantu….??? Nggak kali…” goda istrinya. Tetapi tetap saja Farid yakin bahwa di atas atap kamarnya itu ada hantu.
Ketika mereka sedang asyik ngobrol, tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara anaknya yang menangis keras, karena ingin kembali ke rumahnya. “ Sabar nak…nanti juga pulang” kata istri Farid. Tapi si anak tetap saja merengek minta pulang. Farid agak heran dengan keinginan anaknya, biasanya dia tidak pernah menangis minta pulang kalau sudah di rumah neneknya. Akhirnya Farid pun bertanya “ Memangnya ada apa, kok terus minta pulang? “
Sambil menangis menjawab “ Pokoknya Abi mau pulang sekarang, kasihan ikannya”. Farid semakin heran “Ikan apa…ikannya siapa?” selidik Farid.
“Kemarin Abi sama teman-teman memancing di sungai belakang, dapat 2 ekor besar-besar. Jadi, Abi ingin pelihara ikan itu, lalu Abi masukkan ke ember dan Abi taruh di atap karena takut dimakan kucing”. Jelas Abi anaknya.
“ Oh jadi yang di atas atap itu ikannya Abi…bukan…?” Mendengar penjelasan Abi, semua tertawa tertawa terbahak-bahak.
--------------------
Ternyata ada pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita lucu di atas. Dalam hidup, kita seringkali mengedepankan interpretasi tanpa berusaha melakukan pembuktian. Terlalu cepat mengambil kesimpulan atas sesuatu yang belum kita buktikan kebenerannya. Keadaan seperti ini seringkali membuat kita tersiksa, karena dihantui oleh pendapat yang dibuat sendiri. Semakin banyak kita membuat kesimpulan yang terlalu cepat, maka semakin banyak prasangka negatif yang muncul. Akibatnya, semakin sedikit pula peluang kita untuk berpikir positif. Padahal kita dituntut untuk selalu berpikir positif dalam mengarungi kehidupan. Mudah-mudahan memberikan hikmah yang baik bagi kita semua, amiin.
Kang Syaichu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar