Kang Syaichu

Motivation to Learn

Jumat, 28 Januari 2011

Mengapa Harus Membaca Al Qur'an





Mengapa membaca Al Qur’an, kalau kita tak mengerti maknanya?
 
Baru saja saya membaca sebuah tulisan pada secarik kertas yang tertempel pada dinding kantor teman saya. Sebuah tulisan tua dari internet. Mungkin sebagian pengunjung sudah pernah membacanya, namun merupakan temuan baru bagi saya. Judulnya adalah: Why do we read quran, even when we do not understand even a single arabic word? Sebuah tulisan indah yang amat menyentuh hati yang saya coba terjemahkan dengan judul di atas: Mengapa membaca al Qur’an ketika kita tak mengerti artinya? Alkisah, hiduplah seorang muslim tua bersama seorang cucunya di sebuah pegunungan di bagian timur Kentucky, Amerika. Sang kakek biasa membaca Qur’an selepas sholat shubuh setiap hari. Sang cucu berusaha meniru setiap tingkah laku kakeknya.
Suatu hari, ia bertanya: “Kek! Aku berusaha membaca Qur’an seperti dirimu tetapi aku tidak mengerti isinya. Jikapun ada sedikit yang kupahami, ia akan terlupakan setiap kali aku menutup kitab itu. Lalu, apa gunanya aku membacanya?”
Dengan perlahan sang kakek membalikkan badan dan berhenti dari memasukkan batu bara ke dalam tungku pemasak. Ia menjawab: “Ambillah keranjang ini, bawalah ke sungai di bawah sana dan bawakan untukku sekeranjang air!”
Sang cucu membawa keranjang hitam penuh jelaga batu bara tersebut ke sungai dan mengambil air. Namun air itu telah habis menetes sebelum sampai ke rumah. Sang kakek tertawa dan meminta sang cucu agar mencobanya sekali lagi: “Mungkin engkau harus lebih cepat membawa airnya kemari.”
Sang cucu berusaha berlari, namun tetap saja air itu lebih cepat keluar dari keranjang sebelum sampai ke rumah. Dengan terengah-engah ia pun mengatakan kepada sang kakek bahwa tidak mungkin mengambil air dengan keranjang. Sebagai gantinya ia akan mengambil air dengan ember.
“Aku tidak perlu satu ember air, yang kuinginkan adalah sekeranjang air!” jawab sang kakek. “Kau saja yang kurang berusaha lebih keras,” timpal sang kakek sambil menyuruhnya mengambil air sekali lagi. Sang kakek pun pergi ke luar rumah untuk melihat usaha sang cucu.
Kali ini sang cucu sangat yakin bahwa tidak mungkin membawa air menggunakan keranjang. Namun ia berusaha memperlihatkan kepada sang kakek bahwa secepat apapun ia berlari, air itu akan habis keluar dari keranjang sebelum ia sampai ke rumah. Kejadian yang sama berulang. Sang cucu sampai kepada kakeknya dengan keranjang kosong. “Lihatlah Kek! Tidak ada gunanya membawa air dengan keranjang.” katanya.
“Jadi, kau pikir tidak ada gunanya?”, sang kakek balik bertanya. “Lihatlah keranjang itu!” pinta sang kakek.
Ketika sang cucu memperhatikan keranjang itu sadarlah ia bahwa kini keranjang hitam itu telah bersih dari jelaga, baik bagian luar maupun dalamnya, dan terlihat seperti keranjang baru.
“Cucuku, demikianlah yang terjadi ketika engkau membaca al Qur’an. Engkau mungkin tidak mengerti atau tidak bisa mengingat apa yang engkau baca darinya. Namun ketika engkau membacanya, engkau akan dibersihkan dan mengalami perubahan, luar maupun dalam. Itulah kekuasaan dan nikmat Allah kepada kita!”
Sumber : www.al-habib.info

Baca seterusnya......

Senin, 24 Januari 2011

Pesan Ibu

Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!"
"Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak.
Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.
Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang."

Sambil berkukuh mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om."
Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. "Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya."

Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran.
Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?"
"Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu."
Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira.

Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu."
Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami."

Teman-teman yang luar biasa,
Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain. Tapi dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang.
Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang.

Salam sukses luar biasa!
Dari: Anton Huang

Baca seterusnya......

Rabu, 19 Januari 2011

Jangan Mendahulukan Interpretasi

Takut Hantu
 
Salah seorang teman saya, namanya Farid, menceritakan tentang kejadian lucu yang menimpanya. Entah karena sugesti atau mitos, teman saya ini perasaannya berbeda kalau sudah menjelang malam Jum’at. Bahkan oleh teman-teman lain sering ditakut-takuti karena tahu perasaan Farid seperti itu. Pokoknya bagi dia kalau perlu tidak ada malam Jum’at pun tak apa.


Kejadiannya bermula ketika menjelang tidur pada malam Jum’at. Keluarga Farid biasa tidur dalam satu kamar, karena kebetulan anaknya baru semata wayang. Anaknya memang baru bermur 4 tahun. Ketika istri dan anaknya terlelap, tinggal Farid yang belum beranjak tidur karena asyik menonton TV. Saat jam menunjuk pukul 23.00, Farid beranjak ke tempat tidurnya. Seperti biasa sebelum tidur mulutnya komat-kamit berdoa, apalagi malam ini malam Jum’at.

Kejadiannya bermula ketika menjelang tidur pada malam Jum’at. Keluarga Farid biasa tidur dalam satu kamar, karena kebetulan anaknya baru semata wayang. Anaknya memang baru bermur 4 tahun. Ketika istri dan anaknya terlelap, tinggal Farid yang belum beranjak tidur karena asyik menonton TV. Saat jam menunjuk pukul 23.00, Farid beranjak ke tempat tidurnya. Seperti biasa sebelum tidur mulutnya komat-kamit berdoa, apalagi malam ini malam Jum’at.
 

Tiba-tiba, dia mendengar suara aneh dari atap kamarnya. “Kupyak….kupyak…” seperti suara tangan yang menepuk-nepuk air di ember atau kolam. Farid mencoba tidak menghiraukan suara itu, tapi kembali suara itu muncul. Perasaan Farid mulai tidak karuan, jangan-jangan suara di atap itu memang hantu air, begitu pikirnya. Semakin mencoba melupakan, semakin terus bunyi-bunyi itu mengganggu pikirannya.
Akhirnya, tanpa pikir panjang, dia bangunkan istri dan anaknya, sekalipun sebenarnya tidak tega. Istrinya pun tidak mengerti dengan apa yang terjadi. “ Sudahlah…, malam ini kita menginap di rumah ibu dulu. Nanti aku ceritakan disana..” menjawab istrinya yang keheranan. Dengan tergesa-gesa, anaknya yang masih tidur pun digendong ke rumah ibu mertuanya, kebetulan tidak terlalu jauh dari rumahnya. Tidak lupa memeriksa dan mengunci seluruh dan jendela.
 

Sesampai di rumah ibu mertuanya, Farid menceritakan kepada istrinya bahwa di atas atap kamar ia mendengar suara hantu air. Bahkan , sampai dengan ia membawa mereka ke rumah ibunya pun masih terdengar, “kupyak…..kupyak…. berulang-ulang!” begitu papar Farid. Karena masih kantuk, istrinya tidak menghiraukan apa yang diceritakan Farid.
 

Esok harinya, Farid juga menceritakan kejadian semalam kepada ibu mertuanya. Dan Ibu mertuanya hanya tertawa tidak percaya. “Sungguh bu!! Aku mendengarnya berulang-ulang” kata Farid meyakinkan ibunya. “ Hari..gini… Hantu….??? Nggak kali…” goda istrinya. Tetapi tetap saja Farid yakin bahwa di atas atap kamarnya itu ada hantu.
 

Ketika mereka sedang asyik ngobrol, tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara anaknya yang menangis keras, karena ingin kembali ke rumahnya. “ Sabar nak…nanti juga pulang” kata istri Farid. Tapi si anak tetap saja merengek minta pulang. Farid agak heran dengan keinginan anaknya, biasanya dia tidak pernah menangis minta pulang kalau sudah di rumah neneknya. Akhirnya Farid pun bertanya “ Memangnya ada apa, kok terus minta pulang? “
Sambil menangis menjawab “ Pokoknya Abi mau pulang sekarang, kasihan ikannya”. Farid semakin heran “Ikan apa…ikannya siapa?” selidik Farid.
“Kemarin Abi sama teman-teman memancing di sungai belakang, dapat 2 ekor besar-besar. Jadi, Abi ingin pelihara ikan itu, lalu Abi masukkan ke ember dan Abi taruh di atap karena takut dimakan kucing”. Jelas Abi anaknya.
“ Oh jadi yang di atas atap itu ikannya Abi…bukan…?” Mendengar penjelasan Abi, semua tertawa tertawa terbahak-bahak.
--------------------


Ternyata ada pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita lucu di atas. Dalam hidup, kita seringkali mengedepankan interpretasi tanpa berusaha melakukan pembuktian. Terlalu cepat mengambil kesimpulan atas sesuatu yang belum kita buktikan kebenerannya. Keadaan seperti ini seringkali membuat kita tersiksa, karena dihantui oleh pendapat yang dibuat sendiri. Semakin banyak kita membuat kesimpulan yang terlalu cepat, maka semakin banyak prasangka negatif yang muncul. Akibatnya, semakin sedikit pula peluang kita untuk berpikir positif. Padahal kita dituntut untuk selalu berpikir positif dalam mengarungi kehidupan. Mudah-mudahan memberikan hikmah yang baik bagi kita semua, amiin.


Kang Syaichu

Baca seterusnya......

Jumat, 14 Januari 2011

Doa-doa Pilihan Pelajar



Doa-doa dalam Al Qur'an
 
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (al-Furqon : 74)

"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (Al Hasyr : 10)

"Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (Ali Imran : 147)

"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,
dan mudahkanlah untukku urusanku,
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
supaya mereka mengerti perkataanku, (Thahaa : 25 – 28)

"Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (Thahaa : 114)

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (Al Baqoroh : 201)

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (Ali Imran : 8)

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (Al Baqoroh : 286)

Baca seterusnya......

Senin, 10 Januari 2011

Menikmati Hari Ini




3 Hari dalam Hidup

Hari pertama : Hari kemarin.

Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.
Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.
Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang Kita rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat dan beristirahat dengan tenang;
lepaskan saja…

Hari kedua : hari esok.
Hingga mentari esok hari terbit,
Kita tak tahu apa yang akan terjadi.
Kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari.
Kita tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba; toh belum tentu esok hari Kita merengkuhnya
biarkan saja…
 

Yang tersisa kini hanyalah hari ini.
Pintu masa lalu telah tertutup,
Pintu masa depan pun belum tiba.
Pusatkan saja diri Kita untuk hari ini.
Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila Kita mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari.
 

Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit.
Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi.
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk pada Kita.
Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti.
Ingatlah bahwa Kita menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri Kita sendiri
 

Jadi, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu
bingung, lakukan yang terbaik HARI INI dan lakukan sekarang juga

Read more: http://www.resensi.net/3-hari-dalam-hidup-ini/2008/09/#ixzz1AbcBciJJ

Baca seterusnya......

Kamis, 06 Januari 2011

Memaknai Lapang Dada

Berlapang Dada
 
Kata berlapang dada sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari. Terutama, sering kita gunakan untuk memberikan motivasi kepada teman atau sahabat yang sedang tertimpa musibah. Namun, apa makna berlapang dada?. Makna sesungguhnya adalah meluaskan hati. Seringkali hati kita tidak siap menampung permasalahan hidup yang kita hadapi. Sehingga kita menganggap bahwa permasalahan itu melampaui batas kemampuan kita. Padahal jelas-jelas, Allah tidak mungkin membebani manusia melebihi batas kesanggupannya. Hal ini Allah tegaskan pada QS. Al-Baqarah : 286. Lantas mengapa kita sering merasa tertimpa masalah yang begitu berat?

Ada sebuah ilustrasi yang mungkin bisa kita ambil hikmahnya. Ada seorang anak mengeluh kepada orang tuanya kalau dia selalu dihimpit masalah. Bahkan terkadang dia merasa tidak mampu menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Dengan bijak orang tuanya mengajak anaknya untuk mencoba sesuatu.
“ Cobalah ambil segenggam garam di dapur dan segelas air ” kata sang ayah.
“ Untuk apa, pak?” sang anak bertanya heran.
“ Aduklah garam itu dalam segelas air, lalu kamu rasakan rasakan sedikit saja, bagaimana?”
“ Asin sekali…, bahkan perutku agak mual-mual” ujar sang anak setelah mencoba air dalam gelas tersebut.
Lalu sang Ayah mengajak anaknya untuk membawa lagi segenggam garam dan menuju ke sebuah danau yang sangat jernih. Kemudian ia memerintahkan anaknya untuk mengaduk garam itu di danau.
“ Sekarang, coba kamu rasakan air danau itu asin atau tidak?”
“ Sama sekali tidak terasa pak, karena danau ini begitu luas”. Kata sang anak.
“ Nah, anggaplah segenggam garam itu masalah dan air adalah hati kita. Maka, sebenarnya yang menjadikan terasa berat menghadapi masalah karena hati kita yang sempit. Sehingga terasa sesak memenuhi dada kita. Tapi cobalah kita perluas hati kita maka akan tidak terasa masalahnya. Semakin luas hati kita maka semakin sedikit kita merasakan masalah yang dihadapi.”
 

Hikmah yang kita ambil dari ilustrasi di atas adalah keluasan hati atau lapang dada. Kuncinya adalah hati kita. Semakin kita mencoba meluaskan hati maka semakin sedikit kita merasakan setiap masalah. Kita tetap harus yakin bahwa Allah tidak mungkin membebani masalah melampaui batas kesanggupan kita. Berharap untuk tidak menghadapi masalah dalam hidup, pasti tidak mungkin. Karena hakikatnya kita dilahirkan untuk menyelesaikan masalah. Dan masalah itu merupakan ujian dan cobaan Allah kepada setiap makhluk-Nya. Semakin tinggi kita memanjati derajat kehidupan, maka setinggi itu pula lah masalah mengikutinya. Jadi, kita harus terus mengasah hati kita untuk berlapang dada.Wallahu a’lam bishshawab.

Kang Syaichu (dari berbagai sumber).

Baca seterusnya......

Selasa, 04 Januari 2011

Kegagalan Menurut Thomas A. Edison

Thomas Alva Edison
Thomas Alva Edison


Thomas Alfa Edison, penemu lampu, pada mulanya dianggap bodoh oleh gurunya, sehingga dia dikeluarkan dari sekolahnya. Ibunya memutuskan untuk mengajari sendiri anaknya, karena tak ada sekolah yang mau menerimanya.

Karier penemuannya diawali setelah membaca buku School of Natural Philosophy karya RG Parker (isinya petunjuk praktis untuk melakukan eksperimen di rumah) dan Dictionary Of Science. Ibunya lalu membuatkan sebuah Laboratorium kecil buat dia.
Penemuan terbesarnya adalah Lampu pijar. Namun sebenarnya Thomas Alfa Edison telah menemukan banyak alat dan telah dipatenkan. Penemuan yang dipatenkannya tercatat sebanyak 1.093 buah.
Pada saat menemukan Lampu Pijar ini Thomas Alfa Edison mengalami kegagalan sebanyak 9.998 kali. Baru pada percobaannya yang ke 9.999 dia berhasil secara sukses menciptakan lampu pijar yang benar-benar menyala terang. Pada saat keberhasilan dicapainya, dia sempat ditanya: Apa kunci kesuksesannya. Thomas Alfa Edison menjawab: “SAYA SUKSES, KARENA SAYA TELAH KEHABISAN APA YANG DISEBUT KEGAGALAN”. Bayangkan dia telah banyak sekali mengalami kegagalan yang berulang-ulang. Bahkan saat dia ditanya apakah dia tidak bosan dengan kegagalannya, Thomas Alfa Edison menjawab: “DENGAN KEGAGALAN TERSEBUT, SAYA MALAH MENGETAHUI RIBUAN CARA AGAR LAMPU TIDAK MENYALA”. Luar biasa, Thomas Alfa Edison memandang kegagalan dari kaca mata yang sangat positif. Kegagalan bukan sebagai kekalahan tapi dipandang dari sisi yang lain dan bermanfaat, yaitu mengetahui cara agar lampu tidak menyala.

Cara pandang positifThomas Alfa Edison, tidak menyurutkan semangat, bahkan tetap mampu meyakinkan orang lain untuk mendanai “Proyek Gagal” nya yang berulang-ulang. Ini juga satu hal yang luar biasa. Adakah kita mampu menyakinkan orang untuk mendanai riset kita yang telah gagal berulang-ulang? Tentu bukan pekerjaan yang mudah bukan?

Mari kita belajar banyak dari Thomas Alfa Edison ini.
Dr.-Ing. L.M.F. Purwanto

Baca seterusnya......

Senin, 03 Januari 2011

Mengenal Ibnu Khaldun

IBNU KHALDUN
 
“ Dalam buku ini Ibnu Khaldun menulis filsafat dan kaidah sejarah. Kami yakin bahwa buku ini merupakan buku yang paling bagus untuk buku sejenis yang pernah dikarang oleh manusia di mana pun dan kapan pun”. Demikian pernyataan tulus dari seorang ahli sejarah Inggris, Arnold Toynbee, menanggapi sebuah buku karangan Ibnu Khaldun “Al Muqaddimah””.
Ibnu Khaldun nama aslinya adalah Abdul Rahman Ibnu Khaldun. Dilahirkan di Tunisia, pada tahun 1332 M. Ia adalah seorang hakim agung (qadhi’) di Mesir pada masa kesultanan Al Zhahir Barquq. Pengangkatannya sebagai hakim agung karena kedalaman ilmunya. Ia pernah berkelana hingga ke Eropa dan menetap di Fez. Oleh para sarjana Barat, Ibnu Khaldun dinyatakan sebagai sarjana pertama yang mengemukakan prinsip-prinsip sosiologi. Dan dengan pandangannya, ia mengemukakan prinsip-prinsip keadilan social dan politik ekonomi, jauh mendahului Karl Marx dan para sarjana Barat.
Pemikiran-pemikiran Ibnu Khaldun dalam bidang sosiologi masih tetap relevan hingga saat ini. Misalnya saja:
Ekonomi suatu Negara akan bagus dan berkembang selama ada keseimbangan antara kegiatan individu, suasana bersaing (sehat) dan pemerintah. Kerja yang tidak teratur akan membahayakan pertumbuhan ekonomi. Kezaliman merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kehancuran Negara.
Luar biasa! Sebuah pemikiran yang aktual sepanjang masa. Dan pada masa itu (abad 13) belum ada sarjana barat yang mengungkapkan pemikiran tentang hal ini. Bahkan pemikiran-pemikiran beliau selanjutnya menjadi dasar bagi perkembangan “filsafat sejarah” di dunia.
Pemikiran lain yang sangat menarik dari Ibnu Khaldun adalah tentang pendidikan. Ia menganjurkan guru untuk tidak bertindak keras terhadap murid-muridnya. Menurutnya hal itu akan merusak akhlaq anak didik dan perilaku social. Guru haruslah mampu menarik perhatian muridnya, menjaga mereka hingga pikiran mereka terbukan dan berkembang dengan sendirinya.
Sungguh pemikiran yang aktual dan relevan saat ini. Diakui atau tidak penyempurnaan kurikulum yang ada pada kita saat ini mengadopsi pemikiran Ibnu Khladun yang telah diperkenalkannya 8 abad yang silam. Sistem among / pengasuhan yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah implementasi dari pemikiran Ibnu Khaldun.
Namun apa yang menyebabkan jarang sekali yang mengenalnya? Ternyata pemikirannya lah yang menyebabkan tidak dihargai bangsa Arab. Sebagai ilmuwan dia sangat lugas mengungkapkan apa yang dirisaukannya. Dalam beberapa buku Ibnu Khaldun mengungkapkan pendapatnya tentang bangsa Arab. Menurutnya bangsa Arab tidak bisa menguasai, kecuali hal-hal yang sederhana. Kalau pun bisa mengalahkan suatu Negara, maka negara itu akan segera hancur. Semua orang yang menyibukkan diri dalam bidang ilmu pengetahuan di Negara Islam adalah orang Persia, bukan orang Arab.
Sesungguhnya pemikiran itu nyata pada saat ini. Tetapi jelas saja menimbulkan dendam dan sakit hati bangsa Arab. Bahkan karena dianggap menghina bangsa Arab, maka pada tahun 1939 Menteri Pendidikan Irak menganjurkan penggalian kuburan Ibnu Khaldun dan pembakaran buku-buku karyanya. Sehingga sebagian buku-buku yang merupakan karya terbesarnya banyak hilang. Salah atu yang masih ada adalah “Al-Muqaddimah”.
Namun pada pertengahan abad 20, kembali banyak menggali pemikiran-pemikiran Ibnu Khaldun. Dipelopori pertama kali oleh Thaha Husayn, orang Arab yang terus mengajarkan kajian ilmiah tentang pemikiran Ibnu Khaldun. Kemudian Muhammad Abduh, yang dibukakan oleh orang barat saat ia di Eropa. Bahkan banyak sarjana Eropa yang memandang pemikiran Filosof ini memiliki kelebihan di atas Montesqieu.
Referensi :
M. Ishom El Saha, Saiful Hadi, Profil Ilmuwan Muslim Perintis Ilmu Pengetahuan Modern, Fauzan Inti Kreasi, Jakarta, 2004.

Baca seterusnya......

Jumat, 28 Januari 2011

Mengapa Harus Membaca Al Qur'an





Mengapa membaca Al Qur’an, kalau kita tak mengerti maknanya?
 
Baru saja saya membaca sebuah tulisan pada secarik kertas yang tertempel pada dinding kantor teman saya. Sebuah tulisan tua dari internet. Mungkin sebagian pengunjung sudah pernah membacanya, namun merupakan temuan baru bagi saya. Judulnya adalah: Why do we read quran, even when we do not understand even a single arabic word? Sebuah tulisan indah yang amat menyentuh hati yang saya coba terjemahkan dengan judul di atas: Mengapa membaca al Qur’an ketika kita tak mengerti artinya? Alkisah, hiduplah seorang muslim tua bersama seorang cucunya di sebuah pegunungan di bagian timur Kentucky, Amerika. Sang kakek biasa membaca Qur’an selepas sholat shubuh setiap hari. Sang cucu berusaha meniru setiap tingkah laku kakeknya.
Suatu hari, ia bertanya: “Kek! Aku berusaha membaca Qur’an seperti dirimu tetapi aku tidak mengerti isinya. Jikapun ada sedikit yang kupahami, ia akan terlupakan setiap kali aku menutup kitab itu. Lalu, apa gunanya aku membacanya?”
Dengan perlahan sang kakek membalikkan badan dan berhenti dari memasukkan batu bara ke dalam tungku pemasak. Ia menjawab: “Ambillah keranjang ini, bawalah ke sungai di bawah sana dan bawakan untukku sekeranjang air!”
Sang cucu membawa keranjang hitam penuh jelaga batu bara tersebut ke sungai dan mengambil air. Namun air itu telah habis menetes sebelum sampai ke rumah. Sang kakek tertawa dan meminta sang cucu agar mencobanya sekali lagi: “Mungkin engkau harus lebih cepat membawa airnya kemari.”
Sang cucu berusaha berlari, namun tetap saja air itu lebih cepat keluar dari keranjang sebelum sampai ke rumah. Dengan terengah-engah ia pun mengatakan kepada sang kakek bahwa tidak mungkin mengambil air dengan keranjang. Sebagai gantinya ia akan mengambil air dengan ember.
“Aku tidak perlu satu ember air, yang kuinginkan adalah sekeranjang air!” jawab sang kakek. “Kau saja yang kurang berusaha lebih keras,” timpal sang kakek sambil menyuruhnya mengambil air sekali lagi. Sang kakek pun pergi ke luar rumah untuk melihat usaha sang cucu.
Kali ini sang cucu sangat yakin bahwa tidak mungkin membawa air menggunakan keranjang. Namun ia berusaha memperlihatkan kepada sang kakek bahwa secepat apapun ia berlari, air itu akan habis keluar dari keranjang sebelum ia sampai ke rumah. Kejadian yang sama berulang. Sang cucu sampai kepada kakeknya dengan keranjang kosong. “Lihatlah Kek! Tidak ada gunanya membawa air dengan keranjang.” katanya.
“Jadi, kau pikir tidak ada gunanya?”, sang kakek balik bertanya. “Lihatlah keranjang itu!” pinta sang kakek.
Ketika sang cucu memperhatikan keranjang itu sadarlah ia bahwa kini keranjang hitam itu telah bersih dari jelaga, baik bagian luar maupun dalamnya, dan terlihat seperti keranjang baru.
“Cucuku, demikianlah yang terjadi ketika engkau membaca al Qur’an. Engkau mungkin tidak mengerti atau tidak bisa mengingat apa yang engkau baca darinya. Namun ketika engkau membacanya, engkau akan dibersihkan dan mengalami perubahan, luar maupun dalam. Itulah kekuasaan dan nikmat Allah kepada kita!”
Sumber : www.al-habib.info

Senin, 24 Januari 2011

Pesan Ibu

Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!"
"Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak.
Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.
Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang."

Sambil berkukuh mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om."
Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. "Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya."

Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran.
Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?"
"Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu."
Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira.

Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu."
Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami."

Teman-teman yang luar biasa,
Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain. Tapi dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang.
Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang.

Salam sukses luar biasa!
Dari: Anton Huang

Rabu, 19 Januari 2011

Jangan Mendahulukan Interpretasi

Takut Hantu
 
Salah seorang teman saya, namanya Farid, menceritakan tentang kejadian lucu yang menimpanya. Entah karena sugesti atau mitos, teman saya ini perasaannya berbeda kalau sudah menjelang malam Jum’at. Bahkan oleh teman-teman lain sering ditakut-takuti karena tahu perasaan Farid seperti itu. Pokoknya bagi dia kalau perlu tidak ada malam Jum’at pun tak apa.


Kejadiannya bermula ketika menjelang tidur pada malam Jum’at. Keluarga Farid biasa tidur dalam satu kamar, karena kebetulan anaknya baru semata wayang. Anaknya memang baru bermur 4 tahun. Ketika istri dan anaknya terlelap, tinggal Farid yang belum beranjak tidur karena asyik menonton TV. Saat jam menunjuk pukul 23.00, Farid beranjak ke tempat tidurnya. Seperti biasa sebelum tidur mulutnya komat-kamit berdoa, apalagi malam ini malam Jum’at.

Kejadiannya bermula ketika menjelang tidur pada malam Jum’at. Keluarga Farid biasa tidur dalam satu kamar, karena kebetulan anaknya baru semata wayang. Anaknya memang baru bermur 4 tahun. Ketika istri dan anaknya terlelap, tinggal Farid yang belum beranjak tidur karena asyik menonton TV. Saat jam menunjuk pukul 23.00, Farid beranjak ke tempat tidurnya. Seperti biasa sebelum tidur mulutnya komat-kamit berdoa, apalagi malam ini malam Jum’at.
 

Tiba-tiba, dia mendengar suara aneh dari atap kamarnya. “Kupyak….kupyak…” seperti suara tangan yang menepuk-nepuk air di ember atau kolam. Farid mencoba tidak menghiraukan suara itu, tapi kembali suara itu muncul. Perasaan Farid mulai tidak karuan, jangan-jangan suara di atap itu memang hantu air, begitu pikirnya. Semakin mencoba melupakan, semakin terus bunyi-bunyi itu mengganggu pikirannya.
Akhirnya, tanpa pikir panjang, dia bangunkan istri dan anaknya, sekalipun sebenarnya tidak tega. Istrinya pun tidak mengerti dengan apa yang terjadi. “ Sudahlah…, malam ini kita menginap di rumah ibu dulu. Nanti aku ceritakan disana..” menjawab istrinya yang keheranan. Dengan tergesa-gesa, anaknya yang masih tidur pun digendong ke rumah ibu mertuanya, kebetulan tidak terlalu jauh dari rumahnya. Tidak lupa memeriksa dan mengunci seluruh dan jendela.
 

Sesampai di rumah ibu mertuanya, Farid menceritakan kepada istrinya bahwa di atas atap kamar ia mendengar suara hantu air. Bahkan , sampai dengan ia membawa mereka ke rumah ibunya pun masih terdengar, “kupyak…..kupyak…. berulang-ulang!” begitu papar Farid. Karena masih kantuk, istrinya tidak menghiraukan apa yang diceritakan Farid.
 

Esok harinya, Farid juga menceritakan kejadian semalam kepada ibu mertuanya. Dan Ibu mertuanya hanya tertawa tidak percaya. “Sungguh bu!! Aku mendengarnya berulang-ulang” kata Farid meyakinkan ibunya. “ Hari..gini… Hantu….??? Nggak kali…” goda istrinya. Tetapi tetap saja Farid yakin bahwa di atas atap kamarnya itu ada hantu.
 

Ketika mereka sedang asyik ngobrol, tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara anaknya yang menangis keras, karena ingin kembali ke rumahnya. “ Sabar nak…nanti juga pulang” kata istri Farid. Tapi si anak tetap saja merengek minta pulang. Farid agak heran dengan keinginan anaknya, biasanya dia tidak pernah menangis minta pulang kalau sudah di rumah neneknya. Akhirnya Farid pun bertanya “ Memangnya ada apa, kok terus minta pulang? “
Sambil menangis menjawab “ Pokoknya Abi mau pulang sekarang, kasihan ikannya”. Farid semakin heran “Ikan apa…ikannya siapa?” selidik Farid.
“Kemarin Abi sama teman-teman memancing di sungai belakang, dapat 2 ekor besar-besar. Jadi, Abi ingin pelihara ikan itu, lalu Abi masukkan ke ember dan Abi taruh di atap karena takut dimakan kucing”. Jelas Abi anaknya.
“ Oh jadi yang di atas atap itu ikannya Abi…bukan…?” Mendengar penjelasan Abi, semua tertawa tertawa terbahak-bahak.
--------------------


Ternyata ada pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita lucu di atas. Dalam hidup, kita seringkali mengedepankan interpretasi tanpa berusaha melakukan pembuktian. Terlalu cepat mengambil kesimpulan atas sesuatu yang belum kita buktikan kebenerannya. Keadaan seperti ini seringkali membuat kita tersiksa, karena dihantui oleh pendapat yang dibuat sendiri. Semakin banyak kita membuat kesimpulan yang terlalu cepat, maka semakin banyak prasangka negatif yang muncul. Akibatnya, semakin sedikit pula peluang kita untuk berpikir positif. Padahal kita dituntut untuk selalu berpikir positif dalam mengarungi kehidupan. Mudah-mudahan memberikan hikmah yang baik bagi kita semua, amiin.


Kang Syaichu

Jumat, 14 Januari 2011

Doa-doa Pilihan Pelajar



Doa-doa dalam Al Qur'an
 
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (al-Furqon : 74)

"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (Al Hasyr : 10)

"Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (Ali Imran : 147)

"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,
dan mudahkanlah untukku urusanku,
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
supaya mereka mengerti perkataanku, (Thahaa : 25 – 28)

"Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (Thahaa : 114)

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (Al Baqoroh : 201)

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (Ali Imran : 8)

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (Al Baqoroh : 286)

Senin, 10 Januari 2011

Menikmati Hari Ini




3 Hari dalam Hidup

Hari pertama : Hari kemarin.

Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.
Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.
Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang Kita rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat dan beristirahat dengan tenang;
lepaskan saja…

Hari kedua : hari esok.
Hingga mentari esok hari terbit,
Kita tak tahu apa yang akan terjadi.
Kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari.
Kita tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba; toh belum tentu esok hari Kita merengkuhnya
biarkan saja…
 

Yang tersisa kini hanyalah hari ini.
Pintu masa lalu telah tertutup,
Pintu masa depan pun belum tiba.
Pusatkan saja diri Kita untuk hari ini.
Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila Kita mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari.
 

Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit.
Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi.
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk pada Kita.
Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti.
Ingatlah bahwa Kita menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri Kita sendiri
 

Jadi, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu
bingung, lakukan yang terbaik HARI INI dan lakukan sekarang juga

Read more: http://www.resensi.net/3-hari-dalam-hidup-ini/2008/09/#ixzz1AbcBciJJ

Kamis, 06 Januari 2011

Memaknai Lapang Dada

Berlapang Dada
 
Kata berlapang dada sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari. Terutama, sering kita gunakan untuk memberikan motivasi kepada teman atau sahabat yang sedang tertimpa musibah. Namun, apa makna berlapang dada?. Makna sesungguhnya adalah meluaskan hati. Seringkali hati kita tidak siap menampung permasalahan hidup yang kita hadapi. Sehingga kita menganggap bahwa permasalahan itu melampaui batas kemampuan kita. Padahal jelas-jelas, Allah tidak mungkin membebani manusia melebihi batas kesanggupannya. Hal ini Allah tegaskan pada QS. Al-Baqarah : 286. Lantas mengapa kita sering merasa tertimpa masalah yang begitu berat?

Ada sebuah ilustrasi yang mungkin bisa kita ambil hikmahnya. Ada seorang anak mengeluh kepada orang tuanya kalau dia selalu dihimpit masalah. Bahkan terkadang dia merasa tidak mampu menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Dengan bijak orang tuanya mengajak anaknya untuk mencoba sesuatu.
“ Cobalah ambil segenggam garam di dapur dan segelas air ” kata sang ayah.
“ Untuk apa, pak?” sang anak bertanya heran.
“ Aduklah garam itu dalam segelas air, lalu kamu rasakan rasakan sedikit saja, bagaimana?”
“ Asin sekali…, bahkan perutku agak mual-mual” ujar sang anak setelah mencoba air dalam gelas tersebut.
Lalu sang Ayah mengajak anaknya untuk membawa lagi segenggam garam dan menuju ke sebuah danau yang sangat jernih. Kemudian ia memerintahkan anaknya untuk mengaduk garam itu di danau.
“ Sekarang, coba kamu rasakan air danau itu asin atau tidak?”
“ Sama sekali tidak terasa pak, karena danau ini begitu luas”. Kata sang anak.
“ Nah, anggaplah segenggam garam itu masalah dan air adalah hati kita. Maka, sebenarnya yang menjadikan terasa berat menghadapi masalah karena hati kita yang sempit. Sehingga terasa sesak memenuhi dada kita. Tapi cobalah kita perluas hati kita maka akan tidak terasa masalahnya. Semakin luas hati kita maka semakin sedikit kita merasakan masalah yang dihadapi.”
 

Hikmah yang kita ambil dari ilustrasi di atas adalah keluasan hati atau lapang dada. Kuncinya adalah hati kita. Semakin kita mencoba meluaskan hati maka semakin sedikit kita merasakan setiap masalah. Kita tetap harus yakin bahwa Allah tidak mungkin membebani masalah melampaui batas kesanggupan kita. Berharap untuk tidak menghadapi masalah dalam hidup, pasti tidak mungkin. Karena hakikatnya kita dilahirkan untuk menyelesaikan masalah. Dan masalah itu merupakan ujian dan cobaan Allah kepada setiap makhluk-Nya. Semakin tinggi kita memanjati derajat kehidupan, maka setinggi itu pula lah masalah mengikutinya. Jadi, kita harus terus mengasah hati kita untuk berlapang dada.Wallahu a’lam bishshawab.

Kang Syaichu (dari berbagai sumber).

Selasa, 04 Januari 2011

Kegagalan Menurut Thomas A. Edison

Thomas Alva Edison
Thomas Alva Edison


Thomas Alfa Edison, penemu lampu, pada mulanya dianggap bodoh oleh gurunya, sehingga dia dikeluarkan dari sekolahnya. Ibunya memutuskan untuk mengajari sendiri anaknya, karena tak ada sekolah yang mau menerimanya.

Karier penemuannya diawali setelah membaca buku School of Natural Philosophy karya RG Parker (isinya petunjuk praktis untuk melakukan eksperimen di rumah) dan Dictionary Of Science. Ibunya lalu membuatkan sebuah Laboratorium kecil buat dia.
Penemuan terbesarnya adalah Lampu pijar. Namun sebenarnya Thomas Alfa Edison telah menemukan banyak alat dan telah dipatenkan. Penemuan yang dipatenkannya tercatat sebanyak 1.093 buah.
Pada saat menemukan Lampu Pijar ini Thomas Alfa Edison mengalami kegagalan sebanyak 9.998 kali. Baru pada percobaannya yang ke 9.999 dia berhasil secara sukses menciptakan lampu pijar yang benar-benar menyala terang. Pada saat keberhasilan dicapainya, dia sempat ditanya: Apa kunci kesuksesannya. Thomas Alfa Edison menjawab: “SAYA SUKSES, KARENA SAYA TELAH KEHABISAN APA YANG DISEBUT KEGAGALAN”. Bayangkan dia telah banyak sekali mengalami kegagalan yang berulang-ulang. Bahkan saat dia ditanya apakah dia tidak bosan dengan kegagalannya, Thomas Alfa Edison menjawab: “DENGAN KEGAGALAN TERSEBUT, SAYA MALAH MENGETAHUI RIBUAN CARA AGAR LAMPU TIDAK MENYALA”. Luar biasa, Thomas Alfa Edison memandang kegagalan dari kaca mata yang sangat positif. Kegagalan bukan sebagai kekalahan tapi dipandang dari sisi yang lain dan bermanfaat, yaitu mengetahui cara agar lampu tidak menyala.

Cara pandang positifThomas Alfa Edison, tidak menyurutkan semangat, bahkan tetap mampu meyakinkan orang lain untuk mendanai “Proyek Gagal” nya yang berulang-ulang. Ini juga satu hal yang luar biasa. Adakah kita mampu menyakinkan orang untuk mendanai riset kita yang telah gagal berulang-ulang? Tentu bukan pekerjaan yang mudah bukan?

Mari kita belajar banyak dari Thomas Alfa Edison ini.
Dr.-Ing. L.M.F. Purwanto

Senin, 03 Januari 2011

Mengenal Ibnu Khaldun

IBNU KHALDUN
 
“ Dalam buku ini Ibnu Khaldun menulis filsafat dan kaidah sejarah. Kami yakin bahwa buku ini merupakan buku yang paling bagus untuk buku sejenis yang pernah dikarang oleh manusia di mana pun dan kapan pun”. Demikian pernyataan tulus dari seorang ahli sejarah Inggris, Arnold Toynbee, menanggapi sebuah buku karangan Ibnu Khaldun “Al Muqaddimah””.
Ibnu Khaldun nama aslinya adalah Abdul Rahman Ibnu Khaldun. Dilahirkan di Tunisia, pada tahun 1332 M. Ia adalah seorang hakim agung (qadhi’) di Mesir pada masa kesultanan Al Zhahir Barquq. Pengangkatannya sebagai hakim agung karena kedalaman ilmunya. Ia pernah berkelana hingga ke Eropa dan menetap di Fez. Oleh para sarjana Barat, Ibnu Khaldun dinyatakan sebagai sarjana pertama yang mengemukakan prinsip-prinsip sosiologi. Dan dengan pandangannya, ia mengemukakan prinsip-prinsip keadilan social dan politik ekonomi, jauh mendahului Karl Marx dan para sarjana Barat.
Pemikiran-pemikiran Ibnu Khaldun dalam bidang sosiologi masih tetap relevan hingga saat ini. Misalnya saja:
Ekonomi suatu Negara akan bagus dan berkembang selama ada keseimbangan antara kegiatan individu, suasana bersaing (sehat) dan pemerintah. Kerja yang tidak teratur akan membahayakan pertumbuhan ekonomi. Kezaliman merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kehancuran Negara.
Luar biasa! Sebuah pemikiran yang aktual sepanjang masa. Dan pada masa itu (abad 13) belum ada sarjana barat yang mengungkapkan pemikiran tentang hal ini. Bahkan pemikiran-pemikiran beliau selanjutnya menjadi dasar bagi perkembangan “filsafat sejarah” di dunia.
Pemikiran lain yang sangat menarik dari Ibnu Khaldun adalah tentang pendidikan. Ia menganjurkan guru untuk tidak bertindak keras terhadap murid-muridnya. Menurutnya hal itu akan merusak akhlaq anak didik dan perilaku social. Guru haruslah mampu menarik perhatian muridnya, menjaga mereka hingga pikiran mereka terbukan dan berkembang dengan sendirinya.
Sungguh pemikiran yang aktual dan relevan saat ini. Diakui atau tidak penyempurnaan kurikulum yang ada pada kita saat ini mengadopsi pemikiran Ibnu Khladun yang telah diperkenalkannya 8 abad yang silam. Sistem among / pengasuhan yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah implementasi dari pemikiran Ibnu Khaldun.
Namun apa yang menyebabkan jarang sekali yang mengenalnya? Ternyata pemikirannya lah yang menyebabkan tidak dihargai bangsa Arab. Sebagai ilmuwan dia sangat lugas mengungkapkan apa yang dirisaukannya. Dalam beberapa buku Ibnu Khaldun mengungkapkan pendapatnya tentang bangsa Arab. Menurutnya bangsa Arab tidak bisa menguasai, kecuali hal-hal yang sederhana. Kalau pun bisa mengalahkan suatu Negara, maka negara itu akan segera hancur. Semua orang yang menyibukkan diri dalam bidang ilmu pengetahuan di Negara Islam adalah orang Persia, bukan orang Arab.
Sesungguhnya pemikiran itu nyata pada saat ini. Tetapi jelas saja menimbulkan dendam dan sakit hati bangsa Arab. Bahkan karena dianggap menghina bangsa Arab, maka pada tahun 1939 Menteri Pendidikan Irak menganjurkan penggalian kuburan Ibnu Khaldun dan pembakaran buku-buku karyanya. Sehingga sebagian buku-buku yang merupakan karya terbesarnya banyak hilang. Salah atu yang masih ada adalah “Al-Muqaddimah”.
Namun pada pertengahan abad 20, kembali banyak menggali pemikiran-pemikiran Ibnu Khaldun. Dipelopori pertama kali oleh Thaha Husayn, orang Arab yang terus mengajarkan kajian ilmiah tentang pemikiran Ibnu Khaldun. Kemudian Muhammad Abduh, yang dibukakan oleh orang barat saat ia di Eropa. Bahkan banyak sarjana Eropa yang memandang pemikiran Filosof ini memiliki kelebihan di atas Montesqieu.
Referensi :
M. Ishom El Saha, Saiful Hadi, Profil Ilmuwan Muslim Perintis Ilmu Pengetahuan Modern, Fauzan Inti Kreasi, Jakarta, 2004.