Kang Syaichu

Motivation to Learn

Rabu, 29 Desember 2010

Pidato Presiden Obama

Pidato Mr. Obama
 

Barrack H. Obama
Tiba-tiba saja, kata “bakso” dan “sate” begitu trendy di seantero nusantara. Jelas, popularitas dua kata ini bukan karena perubahan yang spektakuler dari komposisi maupun kualitasnya, karena cukup sulit mengukurnya di negeri yang beribu-ribu tukang bakso dan tukang sate. Tetapi karena dua kata ini menjadi bagian dari pidato Presiden AS, Barrack Obama. Dan yang sangat menakjubkan adalah sekitar enam ribu audiens di Balairung UI seperti terhipnotis oleh pidato sang Presiden. Termasuk saya yang sangat awam dalam politik maupun ketatanegaraan dan hanya menyaksikan dari layar televisi, terhanyut oleh pidato beliau. Meskipun saya tidak pernah yakin dalam pidato dan kunjungan sesingkat itu mampu merubah keadaan kita menjadi lebih baik. Akan tetapi, seni bekomunikasi yang ditunjukkan Obama sangat menggambarkan mengapa rakyat Amerika pantas memilihnya. Dia selalu memilih diksi-diksi yang tepat untuk disampaikan kepada mustami’ (pendengar) yang mengelu-elukannya. Meski demikian, tulisan saya ini tidak untuk membahas lebih jauh tentang pidato Obama ataupun biografinya, karena saya tidak punya kapasitas untuk itu. Saya hanya ingin menegaskan bahwa komunikasi menjadi bagian yang sangat penting untuk efektitifitas pencapaian tujuan apapun. Keberhasilan suatu tujuan apalagi tujuan itu bersifat umum, sangat dipengaruhi oleh seberapa efektif komunikasi yang dibangun. Dan komunikasi menjadi efektif apabila dibangun melalui kesetaraan atau kesamaan derajat. Karena kesetaraan dapat menghilangkan sekat yang menghalangi komunikasi timbal balik. Dengan komunikasi timbal balik, akan tercipta ruang untuk memahami keinginan dan harapan satu sama lain. Keadaan seperti itu pasti lebih mempercepat pencapaian tujuan bersama.
Lantas apa relevansinya dengan UPK, Konsultan atapun PNPM secara umum? Apakah selama ini komunikasi kita kurang efektif? Jawabnya kembali kepada kita semua. Karena bukan kapasitas saya untuk memberikan judgement tentang hal ini. Akan tetapi, sebagai sesama pelaku PNPM, saya harus jujur masih prihatin dengan kondisi ini. Terutama dalam mengkomunikasikan tujuan PNPM yang kita usung bersama. Pengurus UPK harus memiliki inisiatif untuk membangun komunikasi yang efektif, baik dengan internal pengurus maupun dengan pihak lain dalam konteks tujuan yang sama. Misalnya saja, kelompok-kelompok SPP maupun UEP yang begitu banyak, tidak akan pernah efektif apabila kita tidak mengkomunikasikan secara gamblang bahwa hakikatnya apa yang mereka manfaatkan adalah milik mereka sendiri. Komunikasi yang efektif dan terus menerus tentunya akan melahirkan rasa memiliki yang kuat. Dengan begitu, tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan dana masyarakat/PNPM tidak hanya pada pengurus tetapi tumbuh karena kesadaran mereka sendiri. Sekali lagi, hal ini bisa terjadi manakala kita mengemas komunikasi dengan semangat kesetaraan dan kesejajaran. Siapapun tidak perlu merasa lebih tinggi, karena tidak ada satu pihak pun yang lebih rendah dalam pencapaian tujuan bersama. Masing-masing kita memiliki peran strategis untuk mensukseskan tujuan PNPM, sesuai TUPOKSI-nya. Siapapun kita, harus berani membuka peluang seluas-luasnya untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Dan lebih penting lagi, menutup serapat-rapatnya celah terjadinya kesenjangan komunikasi. Karena tidak mungkin program pemberdayaan berhasil bila masih ada kesenjangan komunikasi.
Jadi, bukan karena Obama ingin diakui sebagai bangsa Indonesia pada pidato beliau 10 Nopember lalu, Tetapi karena dia sangat menyadari bahwa pidatonya akan ditanggapi biasa saja, apabila tidak dibangun dengan menunjukkan kesetaraan. Dengan begitu sejarah mencatat, inilah pidato Presiden Amerika yang paling banyak disimak masyarakat bahkan oleh masyarakat kecil sekalipun. Dan tentunya kita tidak perlu belajar menjadi Obama, tetapi cukup introspeksi dan memperbaiki terus menerus cara berkomunikasi kita. Good luck !!! for all my best friends.

Kang Syaichu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 29 Desember 2010

Pidato Presiden Obama

Pidato Mr. Obama
 

Barrack H. Obama
Tiba-tiba saja, kata “bakso” dan “sate” begitu trendy di seantero nusantara. Jelas, popularitas dua kata ini bukan karena perubahan yang spektakuler dari komposisi maupun kualitasnya, karena cukup sulit mengukurnya di negeri yang beribu-ribu tukang bakso dan tukang sate. Tetapi karena dua kata ini menjadi bagian dari pidato Presiden AS, Barrack Obama. Dan yang sangat menakjubkan adalah sekitar enam ribu audiens di Balairung UI seperti terhipnotis oleh pidato sang Presiden. Termasuk saya yang sangat awam dalam politik maupun ketatanegaraan dan hanya menyaksikan dari layar televisi, terhanyut oleh pidato beliau. Meskipun saya tidak pernah yakin dalam pidato dan kunjungan sesingkat itu mampu merubah keadaan kita menjadi lebih baik. Akan tetapi, seni bekomunikasi yang ditunjukkan Obama sangat menggambarkan mengapa rakyat Amerika pantas memilihnya. Dia selalu memilih diksi-diksi yang tepat untuk disampaikan kepada mustami’ (pendengar) yang mengelu-elukannya. Meski demikian, tulisan saya ini tidak untuk membahas lebih jauh tentang pidato Obama ataupun biografinya, karena saya tidak punya kapasitas untuk itu. Saya hanya ingin menegaskan bahwa komunikasi menjadi bagian yang sangat penting untuk efektitifitas pencapaian tujuan apapun. Keberhasilan suatu tujuan apalagi tujuan itu bersifat umum, sangat dipengaruhi oleh seberapa efektif komunikasi yang dibangun. Dan komunikasi menjadi efektif apabila dibangun melalui kesetaraan atau kesamaan derajat. Karena kesetaraan dapat menghilangkan sekat yang menghalangi komunikasi timbal balik. Dengan komunikasi timbal balik, akan tercipta ruang untuk memahami keinginan dan harapan satu sama lain. Keadaan seperti itu pasti lebih mempercepat pencapaian tujuan bersama.
Lantas apa relevansinya dengan UPK, Konsultan atapun PNPM secara umum? Apakah selama ini komunikasi kita kurang efektif? Jawabnya kembali kepada kita semua. Karena bukan kapasitas saya untuk memberikan judgement tentang hal ini. Akan tetapi, sebagai sesama pelaku PNPM, saya harus jujur masih prihatin dengan kondisi ini. Terutama dalam mengkomunikasikan tujuan PNPM yang kita usung bersama. Pengurus UPK harus memiliki inisiatif untuk membangun komunikasi yang efektif, baik dengan internal pengurus maupun dengan pihak lain dalam konteks tujuan yang sama. Misalnya saja, kelompok-kelompok SPP maupun UEP yang begitu banyak, tidak akan pernah efektif apabila kita tidak mengkomunikasikan secara gamblang bahwa hakikatnya apa yang mereka manfaatkan adalah milik mereka sendiri. Komunikasi yang efektif dan terus menerus tentunya akan melahirkan rasa memiliki yang kuat. Dengan begitu, tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan dana masyarakat/PNPM tidak hanya pada pengurus tetapi tumbuh karena kesadaran mereka sendiri. Sekali lagi, hal ini bisa terjadi manakala kita mengemas komunikasi dengan semangat kesetaraan dan kesejajaran. Siapapun tidak perlu merasa lebih tinggi, karena tidak ada satu pihak pun yang lebih rendah dalam pencapaian tujuan bersama. Masing-masing kita memiliki peran strategis untuk mensukseskan tujuan PNPM, sesuai TUPOKSI-nya. Siapapun kita, harus berani membuka peluang seluas-luasnya untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Dan lebih penting lagi, menutup serapat-rapatnya celah terjadinya kesenjangan komunikasi. Karena tidak mungkin program pemberdayaan berhasil bila masih ada kesenjangan komunikasi.
Jadi, bukan karena Obama ingin diakui sebagai bangsa Indonesia pada pidato beliau 10 Nopember lalu, Tetapi karena dia sangat menyadari bahwa pidatonya akan ditanggapi biasa saja, apabila tidak dibangun dengan menunjukkan kesetaraan. Dengan begitu sejarah mencatat, inilah pidato Presiden Amerika yang paling banyak disimak masyarakat bahkan oleh masyarakat kecil sekalipun. Dan tentunya kita tidak perlu belajar menjadi Obama, tetapi cukup introspeksi dan memperbaiki terus menerus cara berkomunikasi kita. Good luck !!! for all my best friends.

Kang Syaichu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar