Kang Syaichu

Motivation to Learn

Rabu, 29 Desember 2010

Sepenuh Hati

Mengelola dengan Sepenuh Hati
Kata ‘sepenuh hati’ kini menjadi sangat populer. Hampir setiap produk pelayanan jasa menggunakan kata ini sebagai motto. Tentunya dengan maksud menyakinkan kliennya bahwa institusi maupun produk mereka layak di”konsumsi”.
Pengelolaan sepenuh hati artinya menempatkan usaha yang kita kelola sebagai prioritas utama. Segala kemampuan yang kita miliki dicurahkan untuk keberhasilan usaha tersebut. Termasuk mengorbankan kepentingan pribadi. Kemajuan usaha adalah tujuan dan merupakan investasi moral dan material di masa depan.
Saya jadi berpikir, bagaimana dengan UPK? Modal bukan milik sendiri, semua aset milik masyarakat, apa yang diharapkan untuk pribadi kita sendiri?
Hakikatnya tidak ada yang berbeda. Mengelola UPK harus dengan sepenuh hati. Diakui atau tidak, ketika UPK menjadi sehat dan terus berkembang, sangat berpengaruh pada kesejahteraan pengurusnya. Banyak bukti menunjukkan, baik di lingkungan kita apalagi di luar kita. Pengurus mendapatkan kesejahteraan yang layak, bahkan lebih. Dan yang lebih penting, apresiasi sosial dari masyarakat adalah investasi yang tidak terukur harganya.
Jadi, semuanya kembali kepada kita, seberapa yakin kita mau dan mampu mengelola UPK sebaik-baiknya. Keyakinan dan kesabaran, kata kunci yang menuntun kita mewujudkan mimpi. Tak ada mimpi yang tak bisa kita wujudkan, kecuali kita tidak yakin mampu mewujudkannya.
Lebih baik bermimpi dari pada tidak punya mimpi sama sekali. Apalagi punya visi tapi tak punya mimpi. Met berjuang…!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 29 Desember 2010

Sepenuh Hati

Mengelola dengan Sepenuh Hati
Kata ‘sepenuh hati’ kini menjadi sangat populer. Hampir setiap produk pelayanan jasa menggunakan kata ini sebagai motto. Tentunya dengan maksud menyakinkan kliennya bahwa institusi maupun produk mereka layak di”konsumsi”.
Pengelolaan sepenuh hati artinya menempatkan usaha yang kita kelola sebagai prioritas utama. Segala kemampuan yang kita miliki dicurahkan untuk keberhasilan usaha tersebut. Termasuk mengorbankan kepentingan pribadi. Kemajuan usaha adalah tujuan dan merupakan investasi moral dan material di masa depan.
Saya jadi berpikir, bagaimana dengan UPK? Modal bukan milik sendiri, semua aset milik masyarakat, apa yang diharapkan untuk pribadi kita sendiri?
Hakikatnya tidak ada yang berbeda. Mengelola UPK harus dengan sepenuh hati. Diakui atau tidak, ketika UPK menjadi sehat dan terus berkembang, sangat berpengaruh pada kesejahteraan pengurusnya. Banyak bukti menunjukkan, baik di lingkungan kita apalagi di luar kita. Pengurus mendapatkan kesejahteraan yang layak, bahkan lebih. Dan yang lebih penting, apresiasi sosial dari masyarakat adalah investasi yang tidak terukur harganya.
Jadi, semuanya kembali kepada kita, seberapa yakin kita mau dan mampu mengelola UPK sebaik-baiknya. Keyakinan dan kesabaran, kata kunci yang menuntun kita mewujudkan mimpi. Tak ada mimpi yang tak bisa kita wujudkan, kecuali kita tidak yakin mampu mewujudkannya.
Lebih baik bermimpi dari pada tidak punya mimpi sama sekali. Apalagi punya visi tapi tak punya mimpi. Met berjuang…!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar